Konsep Gila Kasabian



10 Juli 2009 53 views No Comment

album-baru-kasabianKAMU penggemar Kasabian? Jika ya, kamu layak bersenang hati karena band rock alternatif asal Inggris itu telah merilis album terbaru West Rider Pauper Lunatic Asylum yang berkonsep gila.

Album ini telah dirilis sejak 8 Juni lalu. Dalam album tersebut, punggawa Kasabian benar-benar bersemangat menunjukkan musik mereka. Band itu melakukannya dengan cara menciptakan musik yang menarik dan inovatif, bahkan dengan konsep gila sesuai judulnya.

Titel album itu, West Riding Pauper Lunatic Asylum, diambil dari nama rumah sakit jiwa yang pernah dibangun di Menston, West Yorkshire, Inggris, pada 1800-an.

“Judul album ini bukan hanya tentang sebuah tempat. Saat aku baru mendengarnya di TV dokumenter, kata-kata itu langsung menamparku. Aku suka mendengar nama tersebut dan merasakan kekuatan yang berkobar. Itu adalah tempat orang-orang miskin gila. Tapi sebelum itu, orang-orang kaya juga dirawat di sana,” ujar Sergio, sang gitaris, menjelaskan alasan band tersebut memilih judul album seperti itu.(h/uli)

Supersonic Sounds

Kasabian
EinsLive Radiokonzert
Rex Theater, Wuppertal, 21.01.2005

Penonton: 200
Setlist: I.D, Cutt Off, Reason Is Treason, Running Battle, Processed Beats, Fifty Five, Test Transmission, Night Workers, L.S.F, Club Foot

“Those who find ugly meanings in beautiful things are corrupt without being charming. This is a fault.
Those who find beautiful meanings in beautiful things are the cultivated.For these there is a hope.”
Oscar Wilde

Review:
Apakah pop? Bagi diri penulis artikel ini, itu ialah saat pertama kali melihat “Roll With It” di MTV, ketika mendengar lantunan hedonism Brett Anderson dalam “Trash”, dan mengagumi “swagger” Richard Ashcroft dalam video “Bittersweet Symphony”. Di tahun yang masih muda ini, pop ialah Kasabian di Rex Theater Wuppertal, 21.01.2005.

Kuartet asal Leicester yang beranggotakan Tom Meighan (Vox), Sergio Pizzorno (Guitar/Synth, Backing Vox), Christopher Karloff (Guitar/Synth), dan Chris Edwards (Bass) ini, akhir tahun lalu berhasil mengeluarkan sebuah debut album yang sukses memadukan unsur elektro – rock dalam lagu – lagu mereka. Mendengarkan album tersebut seperti merasakan kalau tahun 90-an tidak pernah berakhir. Semua optimismus yang pernah terdengar dan terasa di dekade lalu, dapat ditemukan kembali di setiap bleeps, gitar, dan beat di debut album Kasabian ini.

nb_rk_kasabian_27_g_wdr.jpg

Satu jam sebelum konser dimulai, Rex – Theater, salah satu theater tertua di Wuppertal yang konon pernah menjadi tempat pertunjukan Harry Houdini itu, sudah dipenuhi oleh beberapa fans yang tidak sabar untuk melihat penampilan band yang menurut pernyataan mereka sendiri, akan mengembalikan arti musik di britannia raya. Di atas panggung sebuah bendera dengan lambang Kasabian dipadu dengan garis diagonal seperti layaknya bendera Tibet, dipadu nuansa serba merah ruangan Rex Theater, seperti hendak berkata kalau sesuatu yang mempesonakan akan terjadi sebentar lagi.

nb_rk_kasabian_19_g_wdr.jpg

Tepat pukul 21.00, lampu pun dipadamkan. Yang terdengar ialah keintesifan sebuah ‘loop’ yang menjadi intro di awal setiap konser Kasabian. Tak lama kemudian Pizzorno, Karloff, dan Edwards memasuki arena tanding mereka, dan mulai memainkan intro dari “I.D”. Dentuman drum menghantam setiap telinga manusia di Rex Theater, dan ketika musik mulai dimainkan, Tom Meighan memasuki panggung, mengenakan sweater tipis berwarna gelap dan kacamata hitam. Berpenampilan seperti itu, ia seperti campuran antara Richard Ashcroft dan Ian Brown. Ketika ia mulai menyanyi, jelaslah semuanya bahwa vokalis Kasabian yang berdiri di atas panggung tersebut ialah seorang popstar yang ditunggu – tunggu, di era di mana musik sebagian besar hanya merupakan sebuah data di komputer pribadi kita masing – masing, dan anak berusia 17 tahun menemukan popstar mereka dalam wujud sebuah acara televisi berquota tinggi.

Popstar seperti itu hanyalah kemayaan industri musik sekarang ini. Popstar sebenarnya berdiri di atas panggung Rex Theater, dan bernama Meighan, Pizzorno, Karloff, dan Edwards. Bukan sekumpulan “idols” hasil tv – casting. Bagi Kasabian musik ialah urusan jiwa, dan mereka menanggapi semua itu dengan serius. Lirik “Music is my whore” terdengar seperti “Music is my soul” dinyanyikan oleh Meighan. Intesitas drum di “I.D” dan loop yang diciptakan oleh Karloff dengan synthezisernya, seperti membawa mereka yang mendengar lagu tersebut dalam suasana “trance”.

Repertoir mereka malam itu disambung dengan “Cutt Off”, single aktuel mereka. Seperti juga dengan “I.D”, “Cutt Off” adalah sebuah nomor physchedelic yang menimbulkan kesan magis. Backing vokal Pizzorno membuat bulu kuduk kita berdiri, di sisi lain Meighan sudah tidak terkontrol lagi melakukan “monkey dancing” – nya. Yang indah dari Kasabian ialah mereka begitu sempurnanya memadukan elemen rock dan elektronik dengan tidak menimbulkan kesan bahwa salah satu elemen tersebut akan melahap elemen lainnya.

nb_rk_kasabian_20_g_wdr.jpg

Setelah “Cutt Off” mereka menaikkan tempo dengan “Reason Is Treason”. Lagu ini seperti melakukan perjalanan dengan “bullet train”. Semua yang di belakang kita berlalu cepat, tapi semuanya itu menggairahkan, karena apa yang ada di depan ialah mahkota dari perjalanan kita. Dengan gitar Pizzorno meraung dari segala arah dan teriakan Meighan seperti seorang Mancunian kelahiran Leicester “Reason Is Treason” ialah Kasabian di salah satu form terbaik mereka. MEGA!

nb_rk_kasabian_01_g_wdr.jpg

“Running Battle” menyusul “Reason Is Treason”. Karloff yang berdiri di ujung sebelah kiri panggung, hampir tidak terperhatikan sepanjang konser, memproduksi sejumlah suara aneh dan mengagumkan yang dibuat bukan hanya dengan keyboard dan synthezisernya tapi juga dengan gitar. Hal itu juga dilakukannya dalam “Processed Beats” lagu yang merupakan single pertama mereka dan membuat nama Kasabian naik di Jerman. Di tengah lagu tersebut, untuk 3 detik lamanya Kasabian membiarkan sebuah “R2-D2 bleeps” berjalan terus, di mana instrumen lainnya berhenti sekejap. Sebuah momen untuk tersenyum.

Lagu berikutnya ialah sebuah nomor yang belum dirilis berjudul “Fifty Five”. Lagu ini bisa digambarkan sebagai usaha Kasabian melangkah ke Stadion – Rock. Kalau suatu waktu Kasabian akan pernah melakukan “homecoming gig” mereka di Walkers Stadium, Leicester, maka hampir dipastikan 32.000 orang di stadion tersebut akan meloncat seperti orang gila diiringi lagu tersebut. Percaya atau tidak.

Sergio Pizzorno mengambil alih vokal dalam “Test Transmission”. Suaranya yang lebih tinggi daripada Meighan merupakan kontribusi yang menguntungkan Kasabian, karena mereka seperti mempunyai 2 “frontman” yang dapat saling mengisi. Tepukan tangan Meighan dan petikan bas Edwards di akhir lagu menambah “groove” tersendiri lagu tersebut.

Sebuah B-Sides berjudul “Night Workers” melanjuti “gig” mereka malam itu. Lagu ini ialah lagu Kasabian paling offensif dari segi rock. Dengan 3 gitar yang menyerang, mendengarkan lagu tersebut di Rex – Theater malam itu, ialah seperti disengat tinjuan Muhammad Ali yang sedang menari di atas ring. Lagu itu hanya bertujuan untuk membuat kita bertekuk lutut, menyerah tidak berdaya ke dalam musik Kasabian.

nb_rk_kasabian_03_g_wdr.jpg

“L.S.F” ialah lagu yang membuat Rex – Theater malam itu mengerti, mengapa Kasabian oleh press musik selalu dibandingkan dengan The Stone Roses, Happy Mondays dan Primal Scream. Musik mereka hanya mengambil sedikit arti dari perbandingan tersebut. Siapa yang melihat Kasabian malam itu, mengerti kalau perbandingan itu berdasarkan “attitude” yang ditawarkan Kasabian dalam musik mereka. Singkatnya, Kasabian telah mengembalikan “swagger” 90-an yang hilang ke dalam musik yang kita dengar sekarang ini. “L.S.F” ialah lagu untuk mengepalkan tangan kita ke udara, sambil memandang optimis semua yang ada di depan kita.

Kasabian menutup “pesta” mereka dengan “Club Foot”. Di lagu ini Karloff memainkan bass seperti layaknya memainkan riff gitar paling megah yang pernah didengar manusia. Ini ialah lagu untuk berdansa. Lagu untuk mengembalikan kepercayaan akan diri sendiri. Lagu untuk dimainkan di setiap “indie – night” untuk generasi yang hampir hilang ini. Kalau mereka tidak pernah mengenal sebuah band bernama “The Stone Roses”, maka semuanya itu dimaafkan bila mereka menemukan penggantinya di Kasabian. Bila tidak, maka kutipan Oscar Wilde di awal artikel ini berlaku untuk mereka

my profile


Informasi UmumInformasi PribadiInformasi Kontak
Email:
Nomor Ponsel:
085728283xxx
Lainnya:
kosong adjah..
Alamat Sekarang:
laweyan (kampoeng yang perlahan lahan mulai bangkit)
AIM:
The buru good sucks
Situs Web:
http://www.myspace.com/theburugoodsucks

me oh me...

Semoga aku mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatkubaik hati, cobaan yang cukup untuk membuatku kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatku manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatku bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah...wkwkwkk